Jumat, 25 Maret 2011

TAHAPAN & PROSES UKHUWAH ISLAMIYAH

Ikhwah/akhawat fiLlah, assalamu'alaikum

   Akh Abu Zahra dalam postingnya "Potensi Islam" kemarin, secara
pas, telah menyoroti dua hal - aqidah dan ukhuwah yang kuat -
sebagai prasyarat datangnya pertolongan dan kemenangan hakiki
yang dijanjikan Allah Rabbul 'alamiin. Jazakallahu khair Abu
Zahra, tulisan akhi benar-benar dapat memperluas wawasan saya.

   Saya ingin mengulas lebih jauh mengenai elemen kedua, yaitu
ukhuwah, yang telah dibahas karakteristik dan prekondisinya dalam
tulisan "Potensi Islam" tersebut. Saya sependapat dengan akh Abu
Zahra bahwa ukhuwah Islamiyah muncul mengikuti potensi aqidah dan
merupakan ni'mat yang Allah berikan dan atas kehendak Allah. Kita
hanya dapat berupaya untuk selalu mempersatukan hati-hati kita,
namun Allah jugalah yang dapat memadukannya (Al-Anfal:63).

   Berkenaan dengan upaya peningkatan ukhuwah Islamiyah ini,
saya ingin share satu uraian yang saya rangkum dari tulisan Dr.
AbduLlah Nasikh 'Ulwan dalam bukunya "Ukhuwah Islamiyah". Tulisan
yang dilandasi dengan pengalaman beliau di lapangan da'wah,
merinci tahapan-tahapan (marahil) yang pernah ditempuh oleh
RasuluLlah dan para sahabat, dan selayaknya merupakan dasar
pijakan kita dalam membina ukhuwah Islamiyah, di negeri manapun
kita berada.

   Program penguatan ikatan ukhuwah Islamiyyah membutuhkan
proses yang tidak singkat, bertahap dan berkesinambungan. Seti-
daknya ada empat tahap yang mesti dilalui sebelum terwujudnya
ukhuwah Islamiyyah yang benar-benar kuat dan utuh.

1. Tahap Saling Kenal (Ta'aruf).
   Dalam tahap ini, seorang muslim tidak hanya mengenal begitu
saja saudaranya; akan tetapi lebih jauh mencoba mengenali penam-
pilan, sifat-sifat (shaksiyah) dan pemikiran saudaranya. pengena-
lan dalam tahap ini mencakup aspek jasadiy (fisik), fikriy
(pemikiran) dan nafsiy (kejiwaan).

2. Tahap Saling Memahami (Tafahum).
   Ini merupakan tahap yang penting, karena mencakup berbagai
proses penyatuan. Seperti juga dalam fase pertama, ruang lingkup
proses tafahum ini kurang lebih sama. Perbedaannya terletak pada
intensitas pengenalan. Pada tahap ini, setiap muslim dituntut
untuk memahami kebiasaan, kesukaan, karakter, ciri khas individu
dan juga cara berpikir saudaranya. Dengan demikian perasaan-
perasaan seperti "tidak enak", "tidak cocok" dan lain sebagainya
dapat dieliminasi dalam rangka saling menasehati. Dalam tahapan
ini terdapat tiga buah proses perpaduan, yang meliputi:

2.1. Perpaduan hati (Ta'liful Qulb).
     Penyatuan hati merupakan asas awal yang mesti ada dalam
proses pembentukan ukhuwah, sebab hati (qalbu) merupakan sumber
gerak dan sikap seseorang dalam menilai, memilih, memilah, men-
cinta dan membenci orang lain. Bila hati telah terpaut dan jiwa
telah terpadu, barulah persaudaraan seseorang dengan yang lainnya
bisa berjalan mulus, bersih dan penuh rasa kasih. Hati manusia
hanya bisa disatukan secara murni dan bersih apabila bermuara
pada satu simpul ikatan yang fitrah. Simpul tali itu adalah
aqidah (seperti yang telah dibahas Abu Zahra). Inilah satu-satu-
nya dasar berpijak, bertemu dan pengikat yang utuh dan abadi (Ali
Imran:103).


2.2. Perpaduan Pemikiran (Ta'liful Afkar).
     Dalam proses ini, orang-orang yang sudah sehati sepatutnya
berhimpun bersama untuk mempelajari suatu sumber yang sama
sehingga menghasilkan suatu fikrah (cara berfikir) yang serupa.
Dan yang jauh lebih penting adalah bila terjadi perbedaan cara
pandang, maka dengan starting point cara berpikir yang sama akan
dapat diselesaikan dengan segera, sehingga dapat meningkatkan
efektifitas kerja.

   Ikatan ukhuwah Islamiyyah adalah ikatan yang aktif dan dinamis
dalam menegakkan kalimat ALlah. Untuk itu diperlukan tidak hanya
sekedar hati yang ikhlas tetapi juga gagasan, pemikiran, konsep
dan idealisme yang cemerlang. Meskipun sekelompok individu telah
saling mengikatkan diri, sehati dan sejiwa; namun karena terdapat
perbedaan orientasi dan wawasan pemikiran, maka strategi dan
taktik pun menjadi berantakan. Akhirnya kerja berakhir pada
kegagalan dan kekalahan. Oleh karena itulah tahap "penyatuan
pemikiran" ini mutlak adanya.

2.3. Perpaduan Kerja (Ta'liful 'Amal)
     Individu-individu yang telah berhimpun di atas persamaan
tujuan dan pemikiran ini, tidak boleh hanya berdiam diri saja
atau bekerja sendiri-sendiri (single fighter). Adalah merupakan
sunatuLlah bahwa segala yang diam di tempat, cenderung menjadi
penyakit. Air yang tergenang bisa menjadi sumber penyakit, demi-
kian pula dengan kumpulan individu yang bersemangat tinggi dan
memiliki setumpuk gagasan cemerlang, akan menjadi "penyakit" bila
tidak ada langkah kerjanya. Oleh karena itu sangat perlu adanya
kerja nyata dalam berbagai bidang dan keahlian. Agar kerja itu
efektif, maka harus terakit dalam suatu kerja yang terarah.

3. Tahap Saling Tolong (Ta'awun).
   Dalam proses penyatuan kerja, mutlak diperlukan adanya
tolong-menolong yang merupakan kelanjutan dari tahap tafahum
(saling memahami) pada point 2 di atas. Saling kenal saja, tanpa
dilanjutkan dengan saling memahami, tidak akan mampu membentuk
hubungan antar individu yang mampu tolong menolong, saling isi-
mengisi dengan kekurang dan kelebihan yang terdapat pada tiap
individu.

4. Rasa Senasib Sepenanggungan (Takaful).
   Tahap ini merupakan muara dari proses ukhuwah Islamiyyah,
yaitu terletak pada timbulnya rasa senasib dan sepenanggungan,
suka maupun duka, dalam tiap langkah kerja. Bila fase takaful ini
terwujud, maka ikatan ukhuwah Islamiyyah pun terbentuk dengan
utuh.

   Ikhwan/akhwat fiLlah, dari rangkuman ini dapat kita lihat
bahwa upaya penyatuan pribadi-pribadi muslim dalam suatu kerja
Islami adalah merupakan perbuatan yang sia-sia, bila tidak diawa-
li dengan tahapan dan proses yang telah disebutkan di atas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar